Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Profil Muslimah di Zaman Nabi SAW

Bagaimanakah karakteristik muslimah ideal itu? Jawaban dari pertanyaan ini dapat kita temukan diantaranya dari lembaran sejarah generasi unggul, para muslimah alumnus madrasah kenabian, yakni Asma binti Abu Bakar, Fatimah binti Khattab, Sumayyah, Asma binti Umais, Shafiyah binti Abdul Muthalib, Asy-Syifa binti Abdullah, dan Asma binti Yazid. Madrasah kenabian telah melahirkan generasi yang unggul dalam hal akhlak, prestasi, dan kemulian. Mereka adalah manusia-manusia teladan sepanjang zaman, dengan karakternya yang unik. Baik dari kalangan lelaki, maupun perempuan. Mereka laksana bintang-bintang di angkasa, mengukir dunia dengan keimanan, ketangguhan, sepak terjang, semangat, ilmu, dan pengabdiannya pada kebenaran Islam. Tentang mereka, Allah SWT berfirman:  Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.  (QS. Ali Imran, 3: 110). Orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, se

Semangat Mengaji

Suatu saat Imam Syafi’i pernah ditanya, “Bagaimanakah semangat Anda dalam menuntut ilmu?” Beliau menjawab, “Saya mendengarkan huruf demi huruf seakan-akan huruf-huruf itu belum pernah saya temukan selama ini. Karena itu saya kerahkan seluruh anggota tubuh saya untuk menyimaknya.” Beliau ditanya lagi,   “Bagaimana minat Anda terhadap ilmu?”  Imam Syafi’i menjawab,   “Minat saya laksana orang yang mengumpulkan makanan dan berambisi menikmati kelezatannya secara sempurna.” “Lalu bagaimana Anda mencarinya?”  lanjut si penanya,   “Saya mencarinya laksana seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang di dunia ini ia tidak memiliki apa pun selain dia.”   Jawab Imam Syafi’i. Begitulah semangat Imam Syafi’i dalam mengaji. Semangat yang menggelora dan penuh minat. Tidak heran jika beliau kemudian menjadi orang besar dan berpengaruh di dunia Islam. Mengaji adalah ciri muslim sejati. Sahabat Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam,  Ibnu Mas’ud, pernah menyampaikan nasehat,   “

Kisah Empat Lilin

Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh. Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam. Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya. Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga. Tanpa terduga… Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyal

10 karakter Aktivis Dakwah

Persepsi masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda, bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah, padahal itu hanyalah salah satu aspek yang harus lekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim. Bila disederhanakan, sekurang-kurangnya ada sepuluh profil atau ciri khas yang harus lekat pada pribadi muslim. 1. Salimul Aqidah Aqidah yang bersih  (salimul aqidah)  merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada A

Quantum Tarbiyah

Murobbi   adalah seorang guru atau pendidik. Ia mengajarkan Al Qur’an, hadits, dan kitab memberi suplai ilmu, memberikan wawasan baru sehingga murid-murid merasa tentram bersamanya. Serta seseorang   murobbi   berarti dia merupakan jejak pewaris Nabi, karena Nabi mengajarkan Islam dengan   tarbiyah . Jadi saatnya bersama menggelorakan jiwa mencetak kader serba bisa, mengubah potensi jadi prestasi, mengubah energi menjadi cahaya, mengubah ide menjadi karya, mengubah impian menjadi kenyataan. Imam Hasan al-Banna merumuskan sasaran dakwah yang beliau mulai dari warung kopi, bukan di mimbar masjid atau di kursi empuk parlemen. Dari Kondisi keterbatasan itulah optimism e dan gagasan besar dibangun . Dari orang biasalah dakwah bermula. Membangun   tarbiyah   sebagai aktivitas yang lebih menyenangkan dari pada aktivitas yang lain. Agar indah bagai di   jannah   penuh bunga nan merekah. Hadir dengan wajah sumringah. Sampaikan  nasihat dengan  ikhlas agar dahsyat dan menggugah. Hemat