Suatu saat Imam Syafi’i pernah
ditanya,“Bagaimanakah
semangat Anda dalam menuntut ilmu?”Beliau menjawab,“Saya mendengarkan huruf demi huruf
seakan-akan huruf-huruf itu belum pernah saya temukan selama ini. Karena itu
saya kerahkan seluruh anggota tubuh saya untuk menyimaknya.”
Beliau ditanya lagi, “Bagaimana minat Anda
terhadap ilmu?” Imam Syafi’i menjawab, “Minat
saya laksana orang yang mengumpulkan makanan dan berambisi menikmati
kelezatannya secara sempurna.”
“Lalu bagaimana Anda mencarinya?” lanjut si penanya, “Saya mencarinya laksana
seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang di dunia ini ia tidak
memiliki apa pun selain dia.” Jawab Imam Syafi’i.
Begitulah semangat Imam Syafi’i
dalam mengaji. Semangat yang menggelora dan penuh minat. Tidak heran jika
beliau kemudian menjadi orang besar dan berpengaruh di dunia Islam.
Mengaji adalah ciri muslim
sejati. Sahabat Nabi Muhammadshalallahu ‘alaihi wa sallam, Ibnu Mas’ud, pernah
menyampaikan nasehat, “Ketahuilah
bahwa tidak ada satupun diantara kalian yang dilahirkan dalam keadaan berilmu.
Sesungguhnya ilmu itu diperoleh dengan jalan belajar. Maka jadikanlah dirimu
sebagai orang yang ahli ilmu, atau orang yang menuntutnya, atau orang yang
mendengarkannya. Belajarlah kalian, karena sesungguhnya kalian tidak tahu kapan
ilmu kalian itu akan dibutuhkan”.
Oleh karena itu, muslim sejati
tidak akan rela menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang tidak perlu. Mereka
akan selalu berusaha bagaimana agar waktunya lebih banyak tersita untuk mengaji
atau menuntut ilmu. Tentang sikap seperti itu Ibnu ‘Aqil Al-Hambali berkata, “Sesungguhnya tidak benar
bagiku jika menyia-nyiakan waktu walau sesaat dari usiaku. Kalaupun lisanku
berhenti dari menghafal, atau mataku berhenti dari membaca, maka aku
menyibukkan fikiranku pada saat istirahatku itu hingga ketika aku bangun pasti
telah kumiliki dalam diriku apa yang akan aku tulis kemudian”.
Ibnul ‘Aqil Al-Hambali juga
selalu menjaga semangatnya dalam mengaji. Dari semenjak remaja belia hingga tua
renta, semangat belajarnya itu tidak pernah mati. Beliau berkata: “Sesungguhnya semangatku
untuk menuntut ilmu di usiaku yang 80 tahun sama dengan semangatku ketika
usiaku baru 20 tahun”.
Masih ada teladan lain tentang
hal ini dari Muhammad bin Ishaq dan Imam Bukhari. Muhammad bin Ishaq selama
hidupnya telah mengaji dan mengambil ilmu dari 1700 orang guru. Beliau pergi
menuntut ilmu dalam usia 20 tahun dan pulang dalam usia 40 tahun. Sedangkan
Imam Bukhari, mengambil ilmu lebih dari 1000 orang guru. Luar biasa!
Keteladanan mereka sungguh
menginspirasi kita untuk selalu belajar dan belajar. Oleh karena itu, mulai
detik ini, mari kita tingkatkan semangat mengaji. Agar kita menjadi orang
besar, negeri kita menjadi negeri yang maju, dan agama kita pun menjadi agama
yang memancarkan cahaya rahmat ke seluruh penjuru alam. Amin…..
Mari kita renungkan apa yang
dikatakan Al-Hasan bin Ali, “Belajarlah kalian, tuntutlah ilmu, sesungguhnya jika
kini kalian adalah orang-orang yang kecil dan tidak diperhitungkan manusia,
maka kelak kalian akan menjadi orang-orang besar yang diperlukan manusia.”
Wallahu A’lam…
Komentar
Posting Komentar