Add caption |
MUHAMMAD ADALAH NABI
DAN
UTUSAN ALLAH TERAKHIR
Mukadimah
Gonjang-ganjing perkara Ahmadiyah telah menyita
perhatian masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam. Ahmadiyah terpecah
menjadi dua kelompok yakni Ahmadiyah Qadiyani dan Lahore. Ahmadiyah Qadiyani
inilah yang mendaulat pendiri sekaligus Imam pertama mereka, Mirza
Ghulam Ahmad al Kadzdzab, sebagai nabi setelah Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Sedangkan Ahmadiyah Lahore tidak menganggapnya sebagai
nabi, hanya sebagai pembaharu dan imam mahdi. Namun, kitab suci mereka sama,
yakni at Tadzkirah, yaitu campuran antara Al Quran dengan
ucapan Mirza Ghulam Ahmad al Kadzdzab.
Sebenarnya, sejak awal keberadaannya (kurang
lebih dua abad yang lalu), para ulama Islam telah membantah pemikiran mereka
yang batil. Baik dari Ahlus Sunnah atau Syi’ah pun telah mengcounter aqidah
mereka. Namun, karena dukungan penjajah Inggris saat itu, akhirnya keberadaan
mereka bisa eksis sampai hari ini, termasuk di negeri nusantara.
Mirza Ghulam Ahmad al Kadzdzab bukanlah yang
pertama, bukan pula yang terakhir. Ketika masa-masa akhir kehidupan
RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah ada nabi palsu
bernamaMusailimah al Kadzdzab di Yamamah, yang baru sempat
diperangi pada masa khalifah Abu Bakar ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu dalam
perang besar di Yamamah. Masih pada akhir zaman Rasulullah juga,
ada nabi palsu bernama Al Aswad Al ‘Ansi di Yaman lalu dibunuh
oleh para sahabat sebelum wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Lalu pada masa kekhalifahan Abu Bakar ada Thulaihah
bin Khuwalid dari bani Asad bin Khuzaimah, akhirnya tobat dan dia mati
dalam keadaan Islam yang baik. Begitu pula Sijah at Tamimiyah dari
Bani at Tamimi yang dinikahi oleh Musailimah, dia pun mengaku nabi, namun
bertobat setelah matinya Musailamah al Kadzdzab. Ada pula Al Mukhtar
bin Abi Ubaid ats Tsaqafi, ia menampakkan cintanya kepada Ahlul Bait
serta menuntut darah Husein, yang berhasil mendominasi Kufah pada awal
pemerintahan Ibnu Zubeir. Kemudian dia diperdaya syetan dan mengaku menjadi
nabi dan menyangka Jibril mendatanginya. Ya’qub bin Sufyan meriwayatkan dengan
sanad hasan, dari Asy Sya’bi bahwa Al Ahnaf bin Qais pernah melihat Al
Mukhtar dengan kitabnya yang menyebut dirinya sebagai nabi. Abu Daud
meriwayatkan dalam As Sunan dari Ibrahim an Nakha’i,
bahwa beliau bertanya kepada ‘Ubaidah bin Amru, “Apakah Al Mukhtar termasuk
mereka (nabi-nabi palsu)?” ‘Ubaidah menjawab: “Dia termasuk pemimpinnya.” Al
Mukhtar berhasil dibunuh sekitar tahun enam puluhan (hijriyah). Lalu ada pula Al
Harits Al Kadzdzab, nabi palsu pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan,
dan juga terbunuh saat itu. Juga pada masa pemerintahanAl ‘Abbas juga
ada para pembohong. (Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari,Kitab
Al Manaqib Bab ‘Alamat an Nubuwah fil Islam, Juz. 10, hal. 410, No hadits.
3340)
Demikianlah sekelumit nabi palsu masa-masa
klasik, yang jumlahnya sangat banyak, ada pun yang tertulis namanya hanyalah
yang terkenal, ada pun selebihnya sangat banyak bahkan tak terhitung. Di
Indonesia pun telah ada Lia Aminuddin dan Ahmad Moshadeq. Sampai saat ini
belum menampakkan tobatnya, bahkan Lia Aminuddin (Lia Eden) semakin
menjadi-jadi kesesatannya, dia mencampurkan berbagai agama dan keyakinan.
Rasulullah sebagai nabi dan rasul terakhir
adalah pasti
Keyakinan bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam adalah nabi dan rasul terakhir adalah berdasarkan Al
Quran dan As Sunnah, serta ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin
sejak dahulu sampai hari ini.
Dalil Al Quran
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
مَا كَانَ
مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari
seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab (33): 40)
Ayat ini secara sharih (jelas)
menegaskan bahwa Nabi MuhammadShallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah
penutup para nabi alias nabi terakhir.
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, setelah ia mengutarakan berbagai hadits
tentang kedudukan Rasulullah sebagai penutup para nabi, beliau berkata:
وقد أخبر تعالى
في كتابه، ورسوله في السنة المتواترة عنه: أنه لا نبي بعده؛ ليعلموا أن كل مَنِ
ادعى هذا المقام بعده فهو كذاب أفاك، دجال ضال مضل، ولو تخرق وشعبذ، وأتى بأنواع السحر
والطلاسم والنَيرجيَّات ، فكلها محال وضلال عند أولي الألباب
“Allah Ta’ala telah mengabarkan melalui
KitabNya, begitu pula RasulNya telah menyampaikan secara mutawatir (pasti
benar) darinya: bahwa tidak ada nabi setelahnya. Agar manusia mengetahui bahwa
setiap manusia yang mengaku memiliki kedudukan sebagai nabi setelah
beliau, maka orang itu adalah pendusta, dajjal yang sesat dan menyesatkan,
walau dia memiliki kemampuan di luar kebiasaan dan mampu menipu penglihatan
manusia, mendatangkan berbagai sihir dan kekuatan. Semuanya adalah tipuan dan
kesesatan di mata Ulil Albab (orang-orang yang berpikir). “ (Imam Ibnu
Katsir,Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, Juz. 6, Hal. 431. Daru Thayyibah
Lin Nasyr wat Tauzi’, Cet. 2. 1999M-1420H. Tahqiq: Sami bin Muhammad Salamah.
Al Maktabah Asy Syamilah)
Para pengikut agama Ahmadiyah mengartikan Khaataman
nabiyyinadalah cincinnya para nabi. Sementara para ulama Islam mengartikannya
sebagai penutup para nabi (jika dibaca khaatiman nabiyyin)
atau nabi yang terakhir (jika dibaca khaataman nabiyyinsebagai
mana teks di atas). Jadi mau dibaca Khaatiman atau Khaataman, maknanya adalah
sama yaitu tak ada nabi lagi setelahnya, karena dia sebagai penutup (khaatiman)
dan nabi yang terakhir (khaataman).
Hal di atas dijelaskan oleh Imamul
Mufassirin, Abu Ja’far bin Jarir ath Thabari, beliau berkata:
واختلفت القراء
في قراءة قوله(وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ) فقرأ ذلك قراء الأمصار سوى الحسن وعاصم
بكسر التاء من خاتم النبيين، بمعنى: أنه ختم النبيين. ذُكر أن ذلك في قراءة عبد
الله(وَلَكِنَّ نَبِيًّا خَتَمَ النَّبيِّينَ) فذلك دليل على صحة قراءة من قرأه
بكسر التاء، بمعنى: أنه الذي ختم الأنبياء صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم وعليهم،
وقرأ ذلك فيما يذكر الحسن وعاصم(خَاتَمَ النَّبِيِّينَ) بفتح التاء، بمعنى: أنه
آخر النبيين
Para Qurra (Ahli Pembaca Al Quran) berbeda
pendapat tentang bacaan terhadap ayat Khaataman nabiyyin.
Para Qurra dari Al Amshar (kota besar) kecuali Al Hasan
dan ‘Ashim, mereka mengkasrahkan huruf ta’ menjadi (Khaatim an
Nabiyyin) yang bermakna khataman nabiyyin penutup
para nabi (huruf kha’ pendek). Disebutkan bahwa itulah cara baca Abdullah bin
Mas’ud (walakin nabiyyan khataman nabiyyin – tidak memanjangkan
kha’ menjadi khaataman). Ini adalah dalil atas benarnya pihak
yang membaca dengan mengkasrahkan huruf ta’, maknanya: “Bahwa dia adalah
penutup para nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wa ‘Alaihim. Adapun yang
membaca dengan memfathahkan (Khaatam an Nabiyyin) sebagaimana yang
telah disebutkan yakni Al Hasan dan ‘Ashim, maknanya: “Bahwa dia adalah akhir
dari nabi – nabi.” (Imam Abu Ja’far bi Jarir ath Thabari, Jami’
al Bayan fii Ta’wil Al Quran, Juz. 20, Hal. 279. Mu’asasah ar Risalah,
Cet. 1. 2000M – 1420H. Tahqiq: Ahmad Muhammad Syakir. Al Maktabah Asy Syamilah)
Imam Al Qurthubi berkata:
وقرأ الجمهور
بكسر التاء بمعنى أنه ختمهم، أي جاء آخرهم.
“Mayoritas membaca dengan mengkasrahkan huruf
ta’, bermakna bahwa dia adalah penutup mereka (para nabi) yaitu yang akhir
datangnya di antara mereka.” (Imam Al Qurthubi, Jami’ Li Ahkam
Al Quran, Juz. 14, Hal. 196. Dar Ihya ats Turats al ‘Araby, Beirut – Libanon.
1985M-1405H. Al Maktabah Asy Syamilah)
Imam Abu Muhammad Al Husein bin Mas’ud al
Baghawi berkata dalam
tafsirnya:
ختم الله به
النبوة، وقرأ عاصم: “خاتم” بفتح التاء على الاسم، أي: آخرهم، وقرأ الآخرون بكسر
التاء على الفاعل، لأنه ختم به النبيين فهو خاتمهم.
“Dengannya Allah telah menutup kenabian. ‘Ashim
membacanya ‘Khaatam’ dengan fathah pada huruf
ta’menjadi isim, yakni, “Akhirnya mereka (nabi-nabi).”
Sedangkan yang lain membaca dengan mengkasrahkan ta’ menjadi faa’il,
karena dengannyalah menutup para nabi, dan dia penutup mereka.” (Imam
al Baghawi,Ma’alimut Tanzil, Juz. 6 Hal. 358. Dar Thayyibah Lin Nasyr
wat Tauzi’, Cet. 4, 1997M-1417H. Al Maktabah Asy Syamilah)
Imam Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Ibrahim
bin ‘Umar asy Syihi biasa
disebut Al Khazin berkata dalam tafsirnya:
ختم الله به
النبوة فلا نبوة بعده أي ولا معه
“Dengannya Allah telah menutup kenabian, maka
tidak ada kenabian setelahnya, yaitu tidak pula bersamanya.” (Imam al
Khazin, Lubab at Ta’wil fii Ma’ani at Tanzil, Juz. 5, Hal. 199. Al
Maktabah Asy Syamilah)
Dalil-dalil As Sunnah
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu,bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَلَا تَقُومُ
السَّاعَةُ حَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبًا مِنْ ثَلَاثِينَ
كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ
“Kiamat tidak akan datang sampai datangnya para
dajjal pendusta jumlahnya hampir tiga puluh, semuanya mengklaim dirinya sebagai
Rasulullah.” (HR. Bukhari, Kitab Al Manaqib Bab ‘Alamat An
Nubuwah fil Islam, Juz. 11, Hal. 441, No hadits. 3340. Muslim, Kitab
Al Fitan wal Asyratus Sa’ah Bab Laa taquumus Sa’ah hatta yamurru ar rajul
biqabri ar rajul …, Juz. 14, hal. 142. No hadits. 5205)
Jadi, adanya orang-orang yang mengaku nabi
merupakan bagian dari tanda-tanda datangnya kiamat. Hal itu sudah sinyalkan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sejak empat
belas abad silam. Namun selalu ada para ulama garda depan yang selalu siap
mengcounter kebohongan mereka.
Imam An Nawawi Rahimahullah berkata:
وَقَدْ وُجِدَ
مِنْ هَؤُلَاءِ خَلْق كَثِيرُونَ فِي الْأَعْصَار ، وَأَهْلَكَهُمْ اللَّه
تَعَالَى ، وَقَلَعَ آثَارهمْ ، وَكَذَلِكَ يُفْعَل بِمَنْ بَقِيَ مِنْهُمْ
.
“Mereka selalu ada pada masing-masing zaman,
tetapi Allah Ta’ala binasakan mereka, dan Allah hilangkan pengaruhnya, hal itu
juga terjadi pada sisa pengikut mereka.” (Imam An Nawawi, Syarah
‘Alash Shahih Muslim, Kitab Al Fitan wal Asyratus Sa’ah Bab Laa
taquumus Sa’ah hatta yamurru ar rajul biqabri ar rajul …Juz. 9, hal. 309,
No. 5205)
Imam Ibnu Hajar al Asqalani Rahimahullah berkata:
وَلَيْسَ
الْمُرَاد بِالْحَدِيثِ مَنْ اِدَّعَى النُّبُوَّة مُطْلَقًا فَإِنَّهُمْ لَا
يُحْصَوْنَ كَثْرَة لِكَوْنِ غَالِبهمْ يَنْشَأ لَهُمْ ذَلِكَ عَنْ جُنُون أَوْ
سَوْدَاء وَإِنَّمَا الْمُرَاد مَنْ قَامَتْ لَهُ شَوْكَة وَبَدَتْ لَهُ شُبْهَة
كَمَنْ وَصَفْنَا ، وَقَدْ أَهْلَكَ اللَّه تَعَالَى مَنْ وَقَعَ لَهُ ذَلِكَ
مِنْهُمْ وَبَقِيَ مِنْهُمْ مَنْ يُلْحِقهُ بِأَصْحَابِهِ وَآخِرهمْ الدَّجَّال
الْأَكْبَر
“Maksud hadits itu tidaklah berarti secara
mutlak jumlahnya (mereka adalah tiga puluh), sebenarnya para nabi palsu ini tak
terhitung jumlahnya, namun yang dimaksudkan dengan pembatasan jumlah itu
adalah mereka itulah yang mengaku nabi, memiliki kekuatan dan ajaran
menyimpang, dan punya pengikut yang banyak serta terkenal di antara manusia.
Lalu Allah Ta’ala binasakan mereka temasuk pengikutnya, hingga akhirnya
datangnya dajjal besar.” (Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, Kitab
Al Manaqib Bab ‘Alamat an Nubuwah fil Islam, Juz. 10, hal. 410, No hadits.
3340)
Hadits lainnya, dari Abu Hurairah Radhiallahu
‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كَانَتْ بَنُو
إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ
نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“Dahulu Bani Israel dipimpin oleh para nabi,
ketika wafatnya seorang nabi maka datanglah nabi setelahnya, namun tidak ada nabi lagi setelahku.” (HR.
Bukhari, Kitab Ahadits al Anbiya Bab Maa dziku ‘an Bani Israil,
Juz. 11, Hal. 271, No hadits. 3196. Muslim, Kitab Al Imarah Bab Wujub
al Wafa’ bibai’ati al Khulafa’ wal Awal fal Awal, Juz.9, Hal. 378, No
hadits. 3429 )
Hadits lainnya, dari Tsauban Radhiallahu
‘Anhu, bahwa RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَإِنَّهُ
سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ
نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“Sesungguhnya akan datang pada umatku tiga
puluh pembohong, semuanya mengaku sebagai nabi, padahal
akulah penutup para nabi (khaatam an nabiyyin), tak ada lagi nabi setelahku.” (HR. Abu Daud,Kitab
Al Fitan wal Malahim Bab Dzikru Al Fitan wa Dalailuha, Juz. 11, Hal. 322,
No hadits. 3710. At Tirmidzi, Kitab Al Fitan ‘an Rasulillah Bab Maa
Ja’a Laa Taqumus Sa’ah hatta Yakruju Kadzdzabun, Juz. 8, Hal. 156, No
hadits. 2145. Katanya: Hasan Shahih. Syaikh al Abany mengatakan: Shahih.
Lihat Misykah al Mashabih, Juz. 3 hal. 173, No. 5406 )
Hadits ini membantah pemikiran Ahmadiyah yang
menafsirkanKhaatam an nabiyyin adalah cincinnya para nabi. Sebab,
dalam hadits ini ada penegas setelah kalimat khaatam an nabiyyin,
yaitu kalimatlaa nabiyya ba’diy (tak ada lagi nabi setelahku).
Hadits lainnya:
عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِعَلِيٍّ أَنْتَ مِنِّي
بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Ali: “Engkau bagiku, seperti posisi
Harun terhadap Musa, hanya saja tidak ada nabi lagi
setelahku.” (HR. At Tirmidzi, Kitab Al Manaqib ‘an
Rasulillah Bab Al Manaqib ‘Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, Juz. 12,
Hal. 192, No hadits. 3663. Katanya: hasan gharib. Tetapi pada
hadits yang sama bunyinya no. 3664 dari jalur Sa’ad bin Abi Waqash, Imam At
Tirmidzi berkata:hasan shahih. Ibnu Majah, Kitab Al
Muqaddimah Bab Fadhlu ‘Ali bin Abi Thalib, Juz. 1, Hal. 134, No hadits.
118, dari jalur Sa’ad bin Abi Waqash)
Sedangkan dalam hadits shahih lain
juga disebutkan:
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مَثَلِي وَمَثَلَ
الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بَيْتًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ
إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ
وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ هَلَّا وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ قَالَ
فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ
“Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya perumpamaan diriku di antara para nabi sebelumku, seperti
perumpamaan seorang yang sedang membangun rumah dia memperbaikinya dan
memperindahnya kecuali satu bata sebelah sudut yang kosong. Maka manusia
mengitari rumah itu, mereka heran dengannya, dan mereka berkata: “Kenapa yang
ini tidak?” Akhirnya diletakkanlah batu bata di bagian tersebut.” Dia bersabda:
“Akulah batu bata tersebut, dan aku adalah penutup para nabi.” (HR.
Bukhari, Kitab Al Manaqib Bab Khatim an Nabiyyin, Juz. 11, Hal.
336, No hadits. 3271. Muslim, Kitab Al Fadhail Bab Dzikru Kaunuhu
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wa Khatim an Nabiyyin, Juz. 11, Hal. 404, No
hadits. 4239)
Imam Ibnu Hajar berkata:
وَفِي الْحَدِيث
ضَرْب الْأَمْثَال لِلتَّقْرِيبِ لِلْأَفْهَامِ وَفَضْل النَّبِيّ صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى سَائِر النَّبِيِّينَ ، وَأَنَّ اللَّه خَتَمَ بِهِ
الْمُرْسَلِينَ ، وَأَكْمَلَ بِهِ شَرَائِع الدِّين .
Hadits ini memberikan perumpamaan dalam
rangka memudahkan pemahaman dan menunjukkan keutamaan Rasulullah Shallalalhu
‘Alaihi wa Sallam di atas nabi – nabi lainnya dan Allah ta’ala menutup
kerasulan dengannya serta menyempurnakan syariatNya degannya pula.” (Imam
Ibnu Hajar, Fathul Bari, Kitab Al Manaqib Bab Khatim an Nabiyyin,
Juz. 11, Hal. 336, No hadits. 3270)
Semoga tulisan ini bisa memantapkan keimanan
sekaligus menjelaskan tipu daya musuh-musuh Allah para nabi palsu yang selalu
ada di setiap zaman.
Komentar
Posting Komentar